Neolib kata yang lengkapnya neoliberalism ini menjadi hot di negeri. mulai Ekonom,politisi hingga praktisi menyoal neolib yang menyeruak begitu saja dan bergerak tanpa arah.Dalam skop kekinian di negeri ini neolib memang telah menjadi dagangan yang kontroversial."Barang" tak berwujud itu seakan menjadi merek dagang yang kurang menguntungkan di pasar politik negeri ini.Setidaknya itu dirasakan salah satu pasangan kontes presiden yang diidentifikasi sebagai "pemegang" lisensi produk asli negara barat tersebut.namun hingga detik ini rakyat tidak pernah mengerti apa sebenarnya neolib yang diributkan elite politik kita.Kontes presiden juli nanti menjadi momentum bagi elite politik menebar pesona hingga mencela lawan politiknya melalui isu yang sulit di pahami rakyat.
Suka tidak suka sebuah negara dengan sistem ekonomi terbuka tentu harus pula berhadapan dengan pasar bebas.Dalam konteks ini Indonesia sulit untuk tidak menjadi bagian dari sistem pasar bebas dan paham neolib sebagai reinkarnasi dari sistem ekonomi liberalisme saat ini memang telah menguasai sistem ekonomi dunia.
Isu ekonomi kerakyatan pun menjadi lawan tanding paling sepadan dari neolib.Sistem ekonomi inilah yang saat ini dijual kontestan Pilpres.Terus terang memang memang menjadi sangat lucu ketika mereka tiba-tiba mengusung ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan memang sangat menjanjikan.Namun apakah itu hanya janji atau harapan yang di cita-citakan elite di negeri ini. Jika ekonomi kerakyatan di implementasikan secara nyata nantinya tentu sangat kita hargai. Namun jika hanya sebatas janji apa bedanya dengan neolib yang hanya di jadikan sasaran tembak semata.
*dikutip dari harian Bangka Pos dengan sedikit pengeditan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar